Thursday, March 01, 2012

Menyambung Waktu : Catatan Harian Rumah Sakit 1

Pingsan

Pagi itu memang dingin. Air mata surga turun semenjak subuh, tetapi aku berkeringat dalam selimut. Ah, itu paling karena demam tadi malam. Keringat keluar, pasti sembuh. Sekarang saatnya menyapu.

Aku bangun menuju kamar mandi, tetapi ternyata sedang dipakai. Akhirnya berdiri menunggu. Hujan tambah deras saja rasanya. Berarti tak usah cuci mobil pagi ini. Eh, motorku kebasahan nggak ya? Ah, nanti tinggal dilap sedikit, kinclong lagi.

Namun tiba-tiba dunia serasa menguning. Lalu seakan ada gerhana besar, meraup semua cahaya yang seharusnya masuk ke retina. Dan sekejap setelah itu, sepertinya aku berada di dunia berbeda.

Memang berbeda. Tadinya di lantai, sekarang di kasur. Ternyata pingsan. Orangtuaku panik. Akhirnya dibawa ke rumah sakit, mungkin kelanjutan dari demam semalam. Diminta cek darah. Trombosit turun. Dikira demam berdarah. Kemudian disarankan untuk melihat situasi sehari dulu, lalu diputuskan apakah perlu opname atau tidak.

Di rumah tidak langsung beristirahat, masih ada urusan dengan obat-obatan. Dan disinilah ternyata aku menyadari punya kelemahan yang sangat memalukan sebenarnya. Hanya bisa menelan kalau sudah mengunyah. Siapa yang mau mengunyah kapsul antibiotik berisi bubuk putih pahit begitu? Akhirnya diakali dengan menaruh bubuknya di ujung depan lidah, bagian perasa manis. Tablet pun dipecah dulu.

Hari itu pun kuhabiskan dengan berbaring dan main FM. Sisi positifnya, aku punya banyak waktu untuk menemukan formulasi taktik jitu untuk Arsenal virtual-ku (yang sebetulnya tak jauh berbeda dengan Arsenal milik Mr. Wenger). Yang akhirnya membuatku berpikir, kenapa AW masih setia dengan 4-3-3-nya, padahal 4-2-3-1 bisa memberi hasil yang lebih baik?

Oh, sesuai saran dokter, porsi makananku ditambah. Mungkin nanti kalau sembuh, badanku bisa jadi seperti Nunung. Atau temannya temanku. Semoga saja tidak. Celana-celana dan kemejaku  yang berpotongan slim nanti tak muat.

No comments:

Post a Comment