Wednesday, January 12, 2011

Organik

Satu kali wallpaper Dije, anjing saya, terpampang di laptop. Tentu bukan begitu saja terpasang. Saya yang memasang. Alasannya sederhana, kangen. Namun kesan yang ditimbulkan lebih dari sekedar pengobat rindu. Seolah lebih dari sekadar gambar mati. Ia memberi kenangan yang hidup, kenangan yang minta dilakoni. Sesungguhnya, gambar itu malah membuat kangen ini bertambah. Akhirnya dicopot.

Mungkin ada yang bertanya kenapa bisa begitu emosional. Pertama-tama, Dije sudah bersama dengan keluarga selama delapan tahun. Dan nama Dije itu adalah andil saya dalam proses perkembangannya dari hanya anjing Pomeranian yang kurus dan mengaing-ngaing, hingga menjadi anjing gemuk yang jenggongannya keras, meskipun sudah tua. Kedua, dalam berbagai kesempatan, keusilan sisi gelap saya terhadap Dije sering menimbulkan reaksi yang tidak diharapkan. Gigitan. Grrr-an. Lain waktu mengelusnya, dan dia jadi bantal.

Saturday, January 01, 2011

Kembang Api


Setiap perayaan tahun baru biasanya adalah tanda kembang api musiman. Mercon dan meriam bambu pun tak ketinggalan. Semuanya bertujuan untuk memeriahkan suasana, entah secara audio maupun visual. Asal semua gembira, yang cedera tak seberapa, tak masalah.

Namun kembang api memiliki kesan tersendiri bagi saya pribadi, terutama kembang api yang diluncurkan ke langit model aerial shell (yang baru terlihat setelah meledak di udara). Yang terdengar hanya suara 'ciiiuuuuuut', kemudian 'blar, kratak kratak kratak' ketika benda itu meledak. Seperti suara mesin balap saat downshifting, kali ini minus backfire.