Satu waktu saya datang ke acara pernikahan teman dekat ibu saya. Secara pribadi, saya dan mempelai pria cukup kenal, karena beliau masuk dari bagian masa kecil saya yang ndableg. Seorang guru yang berdedikasi terhadap pekerjaannya, tulus. Meski memang hal itu masih membuatnya mengendarai motor Honda Supra yang entah dari tahun berapa.
Ternyata datang ke acara pernikahan itu agak susah. Pertama, harus tahu musti mengenakan pakaian apa. Kaos, jeans, dan chucks tentu tidak pantas. Kemudian diakali, kemeja, jeans, dan chucks. Toh tidak berlama-lama juga disana. Baju beres.
Sesampai di tempat resepsi, bingung. Oke, ada resepsionis, isi buku tamu, masukkan amplop, lalu ambil suvenir. Masuk ruangan acara. Nggak kenal siapa-siapa, cuma mempelai pria. Mau salaman dengan orang-orang berbaju rapi di jalan menuju panggung pengantin, malas, karena tidak kenal. Akhirnya ingah-ingih sambil beringsut untuk salaman dengan mempelai dan keluarganya. Setelahnya, makan.
Satu masakan yang biasanya ada di nikahan adalah rendang. Entah buatan mana atau siapa, tapi setiap kali datang ke acara beginian, rendangnya enak. Tidak tahu kalau mereka pesan di tempat yang sama. Juga soto yang sama enaknya.
Lain kali lagi saya diajak ikut ke acara pernikahan dari seseorang yang tidak saya kenal, namun penting. Parahnya, ternyata harus menggunakan jas. Sebagai seorang yang tidak senang hal-hal repot, maka hal ini adalah petaka.
Paduannya aneh. Kemeja flannel, suit, dan chucks. Saya merasa seperti seorang musisi grunge yang berusaha tampil rapi, meski saya tidak bisa bermain musik, maupun tampil rapi. Dan selalunya saya merasa kikuk di acara itu, yang didominasi bapak-bapak dan keluarganya yang berbasa-basi dan menyapa satu sama lain. Setelahnya, makan, dan kemudian basa-basi lagi, lalu pulang. Tetapi harus diakui, acara ini cukup mewah, dan mendengarkan pengantin prianya bercakap dalam logat Australia yang kental, adalah hiburan tersendiri.
Tetapi dibalik dari segala hingar bingar dan nikmatnya makanan yang disajikan, secara pribadi, saya tidak melihat adanya makna mendalam dari resepsi pernikahan. Mungkin ingin berbagi, atau memanjangkan periode merasakan kebahagiaan. Mungkin ingin menunjukkan 'eh ini lho pasangan saya'. Mungkin ingin menjadikan acara ini yang terakhir, akan acara yang sama. Atau mungkin juga hanya ingin pamer duitnya banyak.
Namun jika dilihat lebih serius, satu-satunya penjelasan yang bisa saya petik adalah kedua mempelai dan keluarganya, ingin menegaskan secara de facto, apa yang sudah diakui secara de jure. Konfirmasi kepada khalayak ramai. Kira-kira begitu pemahaman saya.
Dengan bersalaman dan berfoto dengan mempelai, kemudian makan, lalu pulang?
Sabtu, 22 Januari 2011
No comments:
Post a Comment