Thursday, February 17, 2011

Hilang

I

Kemarin spacebar di keyboard laptop saya kehilangan fungsinya. Entah kenapa begitu, padahal siangnya masih dipakai mengetik, dan terpakai dengan sehat. Selama ini pun, laptop itu tidak pernah digunakan bermain apapun yang memakai spacebar secara eksesif (ie. CS dan AyoDance. Kekurangan refleks sedikit banyak saya syukuri). Agak ngeri bila membayangkan kondisi spacebar yang ada di keyboard-keyboard banyak warnet yang menyediakan kedua permainan itu.

Setelahnya, mungkin ada baiknya memikirkan kembali peran spacebar dalam hal mengetik. Ia memberikan jeda antar kata, sehingga setiap kata tidak bercampur dengan satu dan yang lain, membuat membaca lebih jelas. Ketika kemarin update status di FB tanpa spasi, jelas terlihat saya seperti alay yang sok eksis dengan cara yang goblok.

Ia juga memberikan kesempatan pada tiap hal untuk dimaknai, tidak tercampur dengan yang lain. Dalam pengertiannya, kata memang tak selalu harus dimengerti terpisah dari kalimat. Ia terlalu sering untuk dimengerti dalam kaitannya dengan kalimat. Namun tanpa spasi, kata itu adalah untaian huruf tidak bermakna, tergabung dalam satu garis panjang yang menyiratkan kokosongan, meski ia terlihat begitu padat.

Jeda itu juga dibuat kosong, tanpa tanda. Ada tanda garis miring (/) untuk jeda kecil, koma untuk berikutnya, dan titik untuk berhenti. Tapi jeda itu kosong, hanya beberapa piksel atau milimeter kosong untuk membelah sesuatu menjadi lebih kecil tanpa harus menghilangkan seluruh kaitannya dengan konteks. Ia menghilangkan sedikit kaitan antara kata satu dan lain, namun menegaskan akan pengertian kata secara singular maupun plural.

Katakanlah saya lebay. Mungkin saja, tetapi secara pribadi, tidak. Ditengah penulisan final year project dan keharusan untuk riset, peran tuts itu semakin penting. Bila hanya browsing tak jelas, maka tak ada masalah, masih bisa klik sana-sini. Namun ketika sudah harus mengetik keyword, timbul masalah. Juga ketika hendak mengetik sampah semacam ini.

Bagi yang punya masalah serupa, setidaknya search engine modern punya solusi tersembunyi. Manfaatkan saja spasi dari suggestion keyword yang muncul. Jadi ketika anda hendak mengetik dua kata di search bar, pilih suggestion yang terdiri dari dua kata, dan ganti kedua kata itu dengan search term anda, namun jangan hilangkan spasi diantaranya, karena itu adalah yang akan anda gunakan. Jika lebih dari dua kata, cari saja suggestion yang jumlah katanya sesuai. Cukup membantu. Entah kalau ini jadi ajang pertunjukan kedangkalan otak saya.

II

Hilang, mungkin selalunya kita hubungkan dengan hal buruk, karena kita kehilangan hal baik. Mungkin anda akan merengut kalau iPhone atau BlackBerry Torch anda hilang, atau dompet anda entah terjatuh dimana. Bisa karena hal itu penting, bisa karena hal itu sudah begitu terbiasa ada pada kita, maka kehilangannya menjadi sesuatu yang besar.

Kehilangan terbesar, mungkin terasa saat kita menghubungkannya dengan manusia. Saat kita kehilangan seseorang. Entah itu teman, saudara, atau keluarga. Disini, manusia merasa ada ikatan yang ia bangun dengan subyek itu. Sesuatu yang kehadirannya bergantung dari keadaan subyek lainnya, yang bila subyek itu kemudian tidak ada, maka sesuatu itu pun hilang. Kita kehilangan interaksi dengan subyek itu, kehilangan kejutan-kejutan yang selalu hadir dalam hubungan dua makhluk.

Kakek saya adalah seseorang yang saya hormati. Bukan karena kekayaan dan kuasa, atau karena beliau sekadar jauh lebih tua dari saya, namun karena bagaimana beliau melukiskan dirinya dalam kanvas hidup. Ia menggunakan kuas nurani dan menggoreskannya dengan semangat, meski sering berujung dengan sariawan dan masuk angin. Beliau merupakan sekelebat bayangan dalam hidup singkat saya, namun bayangan itu benar-benar memberi jejak yang tak berlanjut akan sesuatu yang murni. Sesuatu yang berasal dari kerasnya hati dan lembutnya pelukan iman.

Ia yang selalu memberi dalam hidup, namun tak pernah cukup untuk mengungkap kebenarannya. Ia tetap menjadi enigma suci untuk selalu diketemukan.

III

Tetapi mungkin hilang tak selamanya bermaksud sedih. Ia bisa mendatangkan bahagia, terutama bila ia menghilangkan hal buruk. Ketika awan gelap hilang, maka petani akan sukaria turun ke sawah untuk menanam padi. Ia akan bergembira karena bisa memetik buah-buah dari bumi yang dikaruniakan pada manusia. Saat malam hilang, maka manusia merasa gembira sebab ia masih mendapat hidup ketika matanya terbuka menjelang pagi.

Pemaknaan atas kehilangan sesuatu pun tidak seharusnya selalu buruk. Bisa dikatakan kalau itu adalah ujian terhadap batas diri. Saat kehilangan telepon genggam, kita tidak diberi kesempatan untuk bertelekomunikasi, namun bertatap langsung. Sewaktu pulang terlalu malam dan tidak ada kendaraan umum, maka jalan kaki adalah solusi langsung, tak perduli seberapa jauhnya. Ia mempertanyakan kemampuan manusia untuk bergantung akan dirinya sendiri.

Kehilangan seseorang pun tak selalunya disikapi dengan murung. Mungkin kita akan berbahagia bila seorang pemimpin yang totaliter hilang begitu saja, memberi kesempatan akan hadirnya rezim baru yang lebih terbuka. Mungkin kita akan senang bila seseorang yang tidak kita sukai hilang, karena tidak harus berhadapan dengannya lagi.

IV

Kehilangan merupakan satu kodrat yang tak akan bisa dilepas. Katakanlah ia ada karena leluhur kita yang lalai terhadap titah yang Esa, sehingga kesempurnaan manusia dilepas kembali. Kehilangan itu adalah proses pengingatan akan ketidaksempurnaan, sekuat-kuatnya manusia bebas untuk menjadi sempurna.

Ia pun mungkin salah satu ironi yang tak akan terpahami. Manusia dikatakan mencapai keadaan lebih saat ia menyerahkan diri terhadap Sang Kasih. Saat ia menghilangkan keegoisan dan kekerasan hati akan yang fana. Tetapi bisa juga saat dirinya tersatukan denganNya, namun kehilangan tubuh sebagai tanda eksistensi. Mungkin saat kehilangan seperti inilah, kita benar-benar bisa berbahagia.

Rabu, 16 Februari 2011

No comments:

Post a Comment