Wednesday, January 12, 2011

Organik

Satu kali wallpaper Dije, anjing saya, terpampang di laptop. Tentu bukan begitu saja terpasang. Saya yang memasang. Alasannya sederhana, kangen. Namun kesan yang ditimbulkan lebih dari sekedar pengobat rindu. Seolah lebih dari sekadar gambar mati. Ia memberi kenangan yang hidup, kenangan yang minta dilakoni. Sesungguhnya, gambar itu malah membuat kangen ini bertambah. Akhirnya dicopot.

Mungkin ada yang bertanya kenapa bisa begitu emosional. Pertama-tama, Dije sudah bersama dengan keluarga selama delapan tahun. Dan nama Dije itu adalah andil saya dalam proses perkembangannya dari hanya anjing Pomeranian yang kurus dan mengaing-ngaing, hingga menjadi anjing gemuk yang jenggongannya keras, meskipun sudah tua. Kedua, dalam berbagai kesempatan, keusilan sisi gelap saya terhadap Dije sering menimbulkan reaksi yang tidak diharapkan. Gigitan. Grrr-an. Lain waktu mengelusnya, dan dia jadi bantal.

Aksi-reaksi dalam hubungan saya dengan Dije inilah yang saya kira, menjadi dasar alasan meletakkan gambarnya di laptop, dan malah berbalik terhadap tujuan asalnya. Timbal balik dalam berbagai relasi kita, entah terhadap manusia, hewan peliharaan, tanaman, dan benda mati, itulah yang mungkin membuat seseorang merasa terikat terhadapnya.

Tengok orang-orang yang begitu gandrung memodifikasi kendaraan. Spesifiknya, orang-orang yang mengubah bagaimana kendaraan itu bereaksi, bukan sekedar beraksi. Bagaimana kendaraan itu menerjemahkan input dari pengendara menjadi respon gas, kecepatan setir, dan lainnya. Mereka-mereka ini menggunakan kendaraannya selain untuk kebutuhan sehari-hari, namun juga untuk bersenang-senang di jalan berkelok. Itu yang kalem.

Ada pula yang mengubahnya menjadi liar. Apa-apanya susah. Perlu tenaga ekstra. Namun dibalik segala kesusahannya, ketika berhasil menaklukannya, maka kesenangannya lebih. Benda mati itu dirasa hidup. Reaksinya terhadap throttle movement dan steering angle tidak hanya sesuai dengan input pengendali, namun bisa menantang balik. Juga saat kendaraan memberikan informasi tentang jalanan kepada pengendali. Disitulah, ketika kematian dianggap hidup dengan adanya aksi-reaksi.

Yang paling aneh, ketika sebuah kendaraan punya 'hari baik', dimana pada hari-hari tertentu ia terasa begitu menyenangkan ketika dikendarai. Seperti tidak ada konflik antara kemauan pengendali dan obyek kendalinya. Ini cukup sering saya alami. Entah alasannya apa.

Mungkin ini adalah tanda dari ciri seorang manusia sebagai makhluk sosial, yang membutuhkan sesamanya, atau yang menyerupai sesamanya, untuk berinteraksi. Ketika dihadapkan pada benda mati, atau benda hidup yang tidak bisa berbahasa manusia, mau tidak mau aksi-reaksi dalam hubungannya dikaitkan dengan kodrat sebagai manusia. Dan ada saatnya manusia memperlakukan hal berbeda substansi itu seperti halnya dirinya.

Organik, adalah lebih menarik dari anorganik. Sesuatu yang menyajikan reaksi atas aksi terhadapnya, atau yang bisa beraksi sendiri. Entah apakah tulisan ini merupakan reaksi atas sesuatu, atau aksi atas dirinya sendiri.

No comments:

Post a Comment