Buat kalian yang mengikuti berita nasional, kemungkinan
besar pasti paham tentang topik ini. Pemerintah sudah berencana untuk menaikkan
harga BBM demi mengurangi beban subsidi yang selalu lebih dari budget. Namun
ceritanya nggak semudah itu.
Tetapi di lain pihak, pemerintah diharapkan untuk
menggunakan penghematan subsidi ini untuk hal-hal yang lebih berguna, daripada
belanja rutin (baca: untuk gaji PNS yang jam 8 masuk kantor jam 9 ke warung
kopi). Perbaikan infrastruktur yang berhubungan dengan transportasi akan sangat relevan
dengan penghematan yang dilakukan, sehingga masyarakat nggak akan merasa
dikibuli. Yah, paling nggak Kopaja atau Metromini atau yang sejenisnya itu disekolahkan dulu lah, biar dunia per-angkot-an jadi damai sejahtera aman sentosa.
Cukup dengan berita koran. Sekarang, apa yang bisa kita
lakukan?
Transportasi pribadi bermesin sudah out of question. Yang umum pun begitu. Untuk itu, Jo punya dua
solusi sederhana, yang mungkin saking sederhananya bagi orang Indonesia, sudah
tidak dianggap.
Pertama, jalan kaki. Yeah,
right. Ada kendaraan, ngapain jalan? Soalnya kendaraan Jo bensinnya habis.
Nggak sih. Kadang Jo melihat di sekitaran kompleks rumah, ada orang mau ke
rumah tetangganya, masih dalam kompleks juga, pake sepeda motor. Padahal
jaraknya paling 200an meter. Mau ke toko yang deket pun begitu. Anak-anak yang masih
SD, sudah ngebut di dalam kompleks. Intinya, dikit-dikit motor.
Padahal, kita semua sudah tahu segala manfaat jalan kaki
bagi jantung dan tulang (ingat Quaker dan Anlene?). Resiko terkena penyakit
degenerative akan berkurang, dan kita bisa menjadi manusia produktif lebih
lama. Pemerintah seneng karena nggak harus ngasih banyak dana pensiun, dan kita
nggak harus berbaring di rumah sakit karena lumpuh sebelah.
Tapi, yang paling penting adalah, pernah nggak sih kita liat
ada orang pacaran mesra sambil naik kendaraan? Paling sering kan sambil jalan,
berdua, pegangan tangan, terus cari tempat yang seru, terus... Eh, enggak. Ya
pokoknya itulah. Tapi kalau mau di mobil bisa juga sih. Terserah kamu lah ya.
Terus buat kamu-kamu yang perlu sesuatu yang lebih cepat,
bersepeda bisa jadi pilihan alternatif. Asal jarak tempuh nggak lebih dari 10
km, saya yakin (kalau sudah rutin) sampai sekolah atau kantor nggak keringatan.
Kalau ada paling dikit. Terus mandi di kantor atau sekolah. Mandi abis olahraga
juga lebih menyegarkan ketimbang setelah bangun tidur.
Nggak usah takut nggak ada temen. Mulai aja ngomporin
temen-temen kantor atau sekolah untuk beli sepeda. Syukur-syukur mau. Kalau
nggak mau, tetap bisa diakali. Sekarang di kota-kota besar lagi banyak orang
bersepeda, bisa ditemui pas pagi hari di car-free day, atau hari Minggu pagi. Ngobrol
aja, siapa tahu ketemu sama orang yang punya ide serupa, dan bisa bersepeda
bareng hari lainnya.
Dan buat para pria single, sekarang Jo perhatikan ada cukup
banyak ‘sasaran potensial’ yang juga bersepeda, seringnya sih naik fixie. Nah, jika
kebetulan pas lagi sepedaan, bisa tuh diajak ngobrol, bagus kalau cocok. Selain
itu, pengetahuan kamu tentang sepeda bisa jadi senjata, apalagi kalau si cewek
lagi ada masalah dengan tunggangannya. Kalau bisa baikin, kemungkinan besar si
cewek akan klepek-klepek. Intens sedikit, nanti status facebook jadi ‘in a
relationship’.
Nggak jelek-jelek amat kan? Makanya jadi orang jangan
kebanyakan protes.
No comments:
Post a Comment