Thursday, March 22, 2012

Solusi Jo: Harga BBM Naik? Revolusi Transportasi? Gak Usah Muluk-muluk!

Buat kalian yang mengikuti berita nasional, kemungkinan besar pasti paham tentang topik ini. Pemerintah sudah berencana untuk menaikkan harga BBM demi mengurangi beban subsidi yang selalu lebih dari budget. Namun ceritanya nggak semudah itu.

Kenaikan ini juga akan mempengaruhi harga kebutuhan pokok, yang nantinya akan berpengaruh terhadap inflasi, yang nantinya juga akan berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi. Apabila inflasi akibat kenaikan harga ini lebih besar dari pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat akan turun, dan ini bisa berakibat buruk terhadap daya tarik investor dan overall attractiveness Indonesia sebagai tempat untuk berusaha, apapun itu. Kecuali korupsi mungkin.

Tetapi di lain pihak, pemerintah diharapkan untuk menggunakan penghematan subsidi ini untuk hal-hal yang lebih berguna, daripada belanja rutin (baca: untuk gaji PNS yang jam 8 masuk kantor jam 9 ke warung kopi). Perbaikan infrastruktur yang berhubungan dengan transportasi akan sangat relevan dengan penghematan yang dilakukan, sehingga masyarakat nggak akan merasa dikibuli. Yah, paling nggak Kopaja atau Metromini atau yang sejenisnya itu disekolahkan dulu lah, biar dunia per-angkot-an jadi damai sejahtera aman sentosa.

Cukup dengan berita koran. Sekarang, apa yang bisa kita lakukan?

Transportasi pribadi bermesin sudah out of question. Yang umum pun begitu. Untuk itu, Jo punya dua solusi sederhana, yang mungkin saking sederhananya bagi orang Indonesia, sudah tidak dianggap.

Pertama, jalan kaki. Yeah, right. Ada kendaraan, ngapain jalan? Soalnya kendaraan Jo bensinnya habis. Nggak sih. Kadang Jo melihat di sekitaran kompleks rumah, ada orang mau ke rumah tetangganya, masih dalam kompleks juga, pake sepeda motor. Padahal jaraknya paling 200an meter. Mau ke toko yang deket pun begitu. Anak-anak yang masih SD, sudah ngebut di dalam kompleks. Intinya, dikit-dikit motor.

Padahal, kita semua sudah tahu segala manfaat jalan kaki bagi jantung dan tulang (ingat Quaker dan Anlene?). Resiko terkena penyakit degenerative akan berkurang, dan kita bisa menjadi manusia produktif lebih lama. Pemerintah seneng karena nggak harus ngasih banyak dana pensiun, dan kita nggak harus berbaring di rumah sakit karena lumpuh sebelah.

Tapi, yang paling penting adalah, pernah nggak sih kita liat ada orang pacaran mesra sambil naik kendaraan? Paling sering kan sambil jalan, berdua, pegangan tangan, terus cari tempat yang seru, terus... Eh, enggak. Ya pokoknya itulah. Tapi kalau mau di mobil bisa juga sih. Terserah kamu lah ya.

Terus buat kamu-kamu yang perlu sesuatu yang lebih cepat, bersepeda bisa jadi pilihan alternatif. Asal jarak tempuh nggak lebih dari 10 km, saya yakin (kalau sudah rutin) sampai sekolah atau kantor nggak keringatan. Kalau ada paling dikit. Terus mandi di kantor atau sekolah. Mandi abis olahraga juga lebih menyegarkan ketimbang setelah bangun tidur.

Nggak usah takut nggak ada temen. Mulai aja ngomporin temen-temen kantor atau sekolah untuk beli sepeda. Syukur-syukur mau. Kalau nggak mau, tetap bisa diakali. Sekarang di kota-kota besar lagi banyak orang bersepeda, bisa ditemui pas pagi hari di car-free day, atau hari Minggu pagi. Ngobrol aja, siapa tahu ketemu sama orang yang punya ide serupa, dan bisa bersepeda bareng hari lainnya.

Dan buat para pria single, sekarang Jo perhatikan ada cukup banyak ‘sasaran potensial’ yang juga bersepeda, seringnya sih naik fixie. Nah, jika kebetulan pas lagi sepedaan, bisa tuh diajak ngobrol, bagus kalau cocok. Selain itu, pengetahuan kamu tentang sepeda bisa jadi senjata, apalagi kalau si cewek lagi ada masalah dengan tunggangannya. Kalau bisa baikin, kemungkinan besar si cewek akan klepek-klepek. Intens sedikit, nanti status facebook jadi ‘in a relationship’.

Nggak jelek-jelek amat kan? Makanya jadi orang jangan kebanyakan protes.

No comments:

Post a Comment